Posts tagged ‘iseng’

November 7, 2010

Menata yang berantakan…

Ahh, kamar berantakan…

baju kotor juga numpuk berantakan…

bahkan hati…juga berantakan…

lalu mana yang dibereskan terlebih dahulu??

Tags: , ,
November 7, 2009

Warung Angkringan

            Kata “angkringan” atau “angkring” mungkin sudah sangat akrab dalam kamus bahasa orang jawa terlebih di jawa timur atau jawa tengah. Kata “angkring” berarti nongkrong dalam bahasa Indonesia. Lalu “Warung Angkringan” bisa diartikan sebagai warung yang merupakan tempat untuk nongkrong. Ya enaknya mungkin bisa dibilang “cafe tradisional” 😀

          Tradisional disini dapat juga diartikan ” murah meriah/ ndeso/sederhana”. Betapa tidak, karena warung yang buka setelah senja itu hanya menawarkan kursi kayu yang ditempatkan pas di depan gerobak yang juga merupakan mejanya. Disitu tersedia jajanan gorengan mulai dari pisang goreng, tempe goreng ,minuman , dan juga nasi bungkus yang biasa disebut “nasi kucing”. Disebut begitu karena porsinya sangat kecil yaitu nasinya sekepalan tangan dan lauknya juga hanya ikan teri atau tempe.  Mungkin karena di jawa jika memelihara kucing biasanya dikasih makan seperti itu (nasi + teri) maka nasi bungkus itu dinamakan begitu. 

Dengan suasana yang cukup enak dan penerangan yang cukup (dalam hal ini cukup untuk melihat bahwa yang akan digigit itu makanan) warung ini memberikan nuansa romantis(glekk??!!) dan inspiratif (ohya??). 

           Memang kebanyakan yang berkunjung ke warung ini biasanya hanya untuk ngopi dan sedikit ngemil dan berbincang-bincang santai. Namun lebih dari itu, bincang-bincang santai sambil menikmati kopi atau susu jahe tersebut terkadang bisa mengarah kepada suatu bahasan yang serius, bahkan ada juga para “petinggi mahasiswa” yang rapat atau membicarakan langkah strategis sambil lesehan di emperan yang digelari tikar itu.

          Memang jika di cafe modern, perbincangan pun bisa dilakukan. Namun jika dilihat lebih dekat lagi ada sesuatu yang “berbeda” dari sekedar gap modern-sederhana atau mahal-murah. Kesan dan bentuk warung yang “sangat sederhana” tersebut memberikan stigma dan nuansa tersendiri bagi orang-orang urbanis (termasuk saya) dan juga orang mapan yang suka mode urbanis. Kesederhanaan itu memberikan energi yang mungkin bagi beberapa orang untuk berfikir kritis dan tanggap. Selain itu kesederhanaan tersebut juga membuat suasana akrab yang terbentuk dengan sendirinya antar pengunjung warung walau belum saling kenal, seolah ada rasa kebersamaan yang terbungkus dalam suasana tersebut. Tak jarang seseorang yang membahas sesuatu yang aktual misal politik, banyak yang ikut nimbrung atau komentar. Ada juga yang share tentang pengalaman hidupnya, idealismenya , juga harapan bagi bangsa dan negara yang semua itu dapat didengar oleh sekerumun mahluk yang ada disitu.  

DSC00128

Tentu saja hal tersebut jarang atau bahkan mungkin tidak bisa didapatkan di cafe modern yang terbalut oleh gaya hidup individualis. Lebih lebih lagi bahwa kebanyakan bangsa Indonesia terpengaruh oleh budaya konsumtif yang kebablasan yang mengedepankan “prestige” dan ” glamour” yang sebetulnya belum tentu lebih produktif dan berkualitas. 

          Mungkin nuansa angkringan itu bisa disebut Suatu nilai positif dan dinamis yang dibalut budaya sederhana. Dan saya sangat setuju jika bangsa Jepang yang notabene produktifitasnya tinggi dan memiliki teknologi yang hebat tidak pernah membudidayakan budaya konsumtif walaupun mereka bisa. Mereka masih mau mengayuh sepeda untuk berbelanja dan jalan kaki. Gaya hidup hemat dan memanfaatkan apapun sebaik-baiknya merupakan nilai tambah yang membuat mereka menjadi bangsa yang paling produktif di dunia.

jadi kalau sederhana dan hemat itu baik, kenapa tidak ditiru ??  

November 1, 2009

Tulisan -tulisan yang terlewat

        Setelah rehat sebentar ( maksudnya gak sampe berhari-hari) dan liat TV lagi gak disengaja melihat acara yang menarik yaitu “tatap muka” bersama farhan yang ditayangkan di salah satu televisi swasta. Topik yang disorot malam ini adalah tentang penulis. Ya, kehidupan seorang “Penulis”.

Diawali dengan prolog yang cukup menyentil yaitu bahwa masyarakat Indonesia sangat rendah dalam budaya baca-tulis, dan lebih asyik dengan media televisi yang sudah terpopulerkan sejak kanak-kanak. Padahal jika dikaji lagi, nilai-nilai dalam tulisan biasanya lebih bermutu dan dapat merangsang anak untuk berimajinasi abstrak. Jika di televisi,mereka akan cenderung “dituntun” dalam berimajinasi nya. Karakter dari tulisan biasanya juga lebih mengena, karena kita yang melukiskan sendiri tokoh idola kita pada konteks visualnya sehingga dalam pengejawantahan pun mungkin akan lebih terhayati dan lebih bernilai.

Bincang- bincang dengan seorang yang hebat pun terjadi ketika kita diajak Farhan ke Serang. Ke tempat salah satu penulis yang terkenal pada zaman 80 an yaitu ” Gola Gong”. Penulis hebat yang mempunyai satu tangan ini kemudian menjelaskan tentang esensi tulisan-tulisannya dan karyanya yang membuat saya semakin kagum. Sayang saya belum sempat baca novel itu semua, entah karena masa kecil saya agak terpinggirkan (ndeso) atau memang saya juga terkontaminasi budaya tidak suka baca itu. Tapi kayaknya enggak juga ah, Novel Laskar pelangi atau Ketika Cinta Bertasbih saja bisa saya selesaikan 2 hari. Malah ada novel yang habis semalam.

Lalu setelah dari dari Serang perjalanan dilanjutkan ke Jakarta dan Farhan dengan sukses nangkring di rumah Raditya Dika. Penulis yang menjadi bulan-bulanan masa sekarang, yang rilis buku pertamanya merupakan isi blog pribadinya. 

Walaupun penekanan pada kedua penulis ini untuk mewakili generasi yang berbeda, namun saya agak kurang pas jika Raditnya Dika dan Gola Gong dijadikan subyek perwakilan. Karena menurut saya tema-tema tulisannya pun gak sama, Raditya Dika dengan tulisan “Ngawur” nya yang untuk Humor, dan Gola Gong dengan tulisan yang ” Berisi” nya. Ya mungkin jika Gola Gong, bisa di kompare dengan Asma Nadia, Prie GS , ato Aditya Mulya misalnya.

Apapun itu, sebenernya saya suka baca semuanya. Apakah itu Dari Raditya Dika (pas banget sore tadi saya baru baca ebook “Cinta Brontosaurus” nya), Prie GS dengan “Ipunk” nya, atau Aditya Mulya dengan “Traveller’s Tale” nya… semuanya lebih menarik mata dan hati saya daripada buku kuliah. hehe…

Arrgghh!!!, masih banyak juga ternyata ebook yang saya koleksi dan blom sempet baca. Mulai dari Andrea Hirata sampe Kisah Soekarno yang dalam bhs Inggris itu. Kapan ada waktu ya ???

[[ ada yang nyahut]] : heii’…hurry….hurry…your FINAL PROJECT is waiting for finish’

saya : hyahahaa….iya iya”….ampuun kakak’ 😀

Tags: , , ,
October 16, 2009

Udara pedesaan VS udara kota

Sudah setahun mungkin saya sering mengalami batuk yang tidak jelas di kota bandung ini. Dari batuk ringan sampai batuk yang bener-bener parah’

anehnya, batuk tersebut berangsur hilang ketika saya pulang kampung alias mudik. Saya jadi berfikir mungkin batuk itu disebabkan oleh kualitas udara bandung yang sudah tidak layak lagi(terutama bagi saya sendiri).

Kalo sudah begini, bayangkan saja keadaan kota-kota besar seperti jakarta dan bandung dalam kurun waktu 5-10 tahun mendatang… apakah memang kota-kota ini masih layak huni untuk kriteria udara yang sehat’??. Saya jadi inget cerita seorang dosen yang istrinya baru pulang dari Belanda, dia bilang bahwa istrinya langsung batuk dan flu ketika nyampe di bandung.

Jiahh?? jadi negara maju ternyata udaranya juga bersih. Kenapa se Indonesia itu gak pernah belajar untuk menghargai kebersihan dan mencintai lingkungan seperti negara2 maju itu?? ada yang tahu??

kota

kota

desa

desa

October 15, 2009

BUSWAY di Jakarta SUDAH PENUH’

sesak dan antri

sesak dan antri

Saya se belum pernah naik busway sebelumnya, karena biasanya kalau ke jakarta paling cuman “ikut” mobil saja.

ternyata pada jam-jam sibuk di halte/terminal busway sangat ramai atau antri. bahkan untuk masuknya saja berjejal-jejalan.

jadi selama ini yang saya bayangkan tingkat keramaiannya masih seperti trans jogja, ternyata jauh banget.

nahh, kalo sudah begini apakah kriteria memadai untuk kelancaran aktivitas sudah terpenuhi?? ataukah memang jakarta sudah harus dikurangi penduduknya?? 😀

btw ternyata ada juga lo yang pake bus-gandeng. Ada juga yang sopirnya wanita( waw, anda naksir?? tapi sudah ibu-ibu 😀 )

busway, bus-gandeng

busway, bus-gandeng