Sepasang Gading Emas

Handphone saya bergetar ketika saya berada di jok belakang mobil yang sedang melaju dalam tol Cipularang menuju Jakarta. Ada pesan masuk.

Saya buka pesan tersebut. isinya “Pagi, Nak Agung lagi sibuk?…Ini Pak Narmo Suaminya Bu Sri,….”

Dan saya agak kaget ketika melihat nama pengirim sms tersebut. Nama yang membawa saya ke suatu malam beberapa hari yang lalu. Malam itu saya sedang antri waiting list untuk travel ke Bandung. Waktu itu saya agak ragu untuk menyapa seorang Ibu yang sudah berumur…akhirnya saya menunggu di depan agen travel sambil menunggu Mas Eriko, seorang senior di Geofisika yang mengajak saya dalam proyek kecil di sebuah Instansi di Jakarta.

Setelah beberapa saat akhirnya mobil travel datang dan penumpangpun masuk bergiliran. Saya masuk duluan, lalu Mas Eriko kebagian duduk di depan samping sopir. Beberapa saat kemudian seorang ibu yang nyaris saya sapa tadi nyapa Mas Eriko dan spontan Mas Eriko bilang “Eh…Ibu….” yang akhirnya mau ndak mau dugaan saya benar. Beliau adalah dosen saya yang memberi kuliah SIG dan Remote sensing. Memang beliau tidak mengenal dekat saya karena memang hanya terpaut dalam kelas kuliah saja. Kalau Mas Eriko beliau memang kenal karena dulu di jurusan aktif di Lab SIG.

Jodoh memang tidak diduga. Saya yang terpaut 10 tahun dengan Mas Erikopun akhirnya jadi berhubungan karena bidang SIG, yang sebenarnya dia adalah generasi awal pengajar GIS di Comlabs, yang sekarang menjadi pindah ke saya. Tentu saja saya dengan spontan langsung mencairkan suasana hati saya yang malu karena tidak menyapa dengan ” Ibu…jadi sebenernya saya ini ngajar di comlabs itu dengan modal nilai C lho dari Ibu…hahaha”, yang dari itu pembicaraan kami mengalir.

Ibu tersebut duduk di depan saya, dan sebelah kiri saya seorang Bapak yang dari tadi senyum dan nimbrung ngobrol juga. Siapa lagi kalo bukan suaminya. Dan ternyata beliau berdua dari gedung yang sama dengan kami. Bener-bener jodoh. Dan siapa sangka beliau berdua dengan umur yang sudah segitu, masa pensiun dan menikmati hari bersama cucu, masih aktif dan menjadi advisor atau tenaga ahli dalam suatu proyek nasional. Tentu saja artinya sepak terjang kedua orang kakek-nenek ini tidak diragukan lagi. Akhirnya saya tertarik untuk berbincang dengan Bapak…sedangkan Mas Eriko berbicang dengan Ibu, walo sering juga saling menimpali antara kami, 4 orang.

Ketika saya berbicang dengan Bapak ini, hati saya hanya tertunduk malu dan kagum. Memang seseorang yang luar biasa. Ternyata beliau adalah ahli fisika instrumentasi. Ketika dibandingkan seorang setetes air dibandingkan dengan air satu galon. Bayangkan saja, mulai dari geofisika, sipil, sampai pada radioaktif beliau pernah mempelajari. Beliau adalah lulusan Fisika ITB yang dulu bekerja di instansi Batan. Pengalamannya tentu tidak hanya di dalam negeri saja, tapi berbagai negara. Dapat saya simpulkan sebagai orang yang sangat kompeten pada masanya.

Istrinya yaitu Ibu Sri, yang merupakan adik kelasnya dulu di MIPA. Yang akhirnya menjadi dosen generasi pertama Geofisika dan Meteorologi yang dulu masih dibawah Fisika-MIPA. Cerita kami lalu terbawa ke ruang dan waktu berbeda…entah kenapa saat itu waktu seolah-olah berada antara masa lalu,sekarang, dan masa depan…

Dari pembicaraan nampak jelas bahwa beliau adalah seorang yang sangat low profile dengan kemampuannya pada zamannya yang luar biasa. Zaman itu, dimana Pak Lilik Hendrajaya jadi adik kelasnya. Luarbiasanya sekali adalah semangat belajar dari beliau berdua yang seolah tidak pernah habis. Saya ingat waktu mengajar saya, Ibu Sri masih belum doktor, dan dengan umur yang segitu sekarang beliau sudah Doktor…

Saya lalu menuliskan nomor telepon saya dan email di Handphone Bapak Tadi dan janji kapan waktu akan berkunjung ke rumahnya. 2 Jam waktu perjalanan itu seolah habis dalam hitungan detik saja karena Dua Gading Emas yang bersama saya….seolah pengen melanjutkan cerita. Namun travel sudah sampai Bandung…dan kamipun turun. Sekali lagi saya mencium tangan beliau berdua sebelum beliau naik taksi…lalu saya naik angkot ke arah Siliwangi bersama Mas Eriko…

 

….Jangan Lupa kalau sempat dikopikan buku Applied Geophysic…[lanjutan dari potongan sms pagi itu]

 

One Comment to “Sepasang Gading Emas”

  1. hihi semoga Agung nanti juga jadi Gading Emas, gak hanya di Indonesia, tapi juga mancanegara πŸ™‚
    * gading = bagian tubuh gajah* ??? :))

    Aamiin, makasih Pet. semoga kamu juga sukses πŸ˜‰
    Iya, gading= bagian tubuh gajah πŸ˜€

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: