Anak-anak adalah wajah yang selalu membuat ceria. Apakah itu sesuatu yang lucu, konyol atau nakal. Sesuatu yang istimewa dari anak-anak yaitu kejujuran dan kepolosannya, dimana mereka selalu menampilkan originalitas dan all out dalam segala hal yang mereka sukai.
Ketika mendengar anak-anak menghafalkan surat pendek Al Quran atau bacaan sholat di masjid pada sore hari saya merasa sangat akrab. Merasa terbawa ke masa lalu, masa-masa sekolah dasar yang apabila sore hari disibukkan dengan belajar mengaji sambil bermain (eh salah ding, bermain sambil mengaji) 😀 , iya karena banyakan bermainnya. Itupun kalo guru ngajinya lagi gak ada atau ada perlu sebentar, kita biasanya jadi maen ke tetangga sebelah yang punya parabola untuk nonton Satria Baja Hitam RX atau Pasukan Turbo di RCTI kala itu. Sebagian juga ada yang maen pingpong. Asyik sekali. Dan jajan yang faforit kala itu adalah pentol ojek (masi adakah??, mungkin kalo di bandung lebih kaya bakso cuanki ya). Dulu se, pentol ojek itu kalo gak salah Rp.100 dapet 4 biji. Jadi dengan uang 300 kita sudah kenyang dan gembira sekali jajan beramai-ramai dengan teman.
Kembali ke sebuah masjid di bandung di sore hari. Sepertinya jumlah madrasah kurang cukup untuk mengakomodasi anak-anak yang ada di kota besar seperti di Bandung, dan juga sepertinya kekurangan tenaga pengajar. Hal ini sangat krusial apabila dilihat dari perkembangan sosial yang sangat cepat tanpa diimbangi dengan akidah dan moral anak-anak kita. Kalo dulu, di masjid dan musholla sebelah saya ada temen-temen saya (kakak tingkat) yang rela meluangkan waktu untuk ngajarin anak-anak mengaji. Dan kala itu saya sebenernya diajakin juga, tapi saya masih canggung dan malu(nah lo). Namun ya karena mahasiswa, tentu saja jadwal sangat tidak teratur dan akhirnya tidak bertahan lama. Sekarang ya tinggal Pak Dadang saja mungkin setelah magrib ngajarin anak2 mengaji.
Namun saya lihat kurangnya motivasi dan kesadaran para orang tua untuk anaknya juga merupakan suatu pemicu. Para orangtua di kota lingkungan saya terkesan sangat cuek terhadap putra-putrinya. Bahkan kata ibu warung sebelah orang tua disini itu bangga kalau anaknya ketika menginjak smp sudah diapelin pacarnya (Walahh… ). Pola pemikiran yang salah kaprah dan bergesernya nilai sosial.Padahal orang tua merupakan placement dan environment utama untuk seorang anak untuk belajar dan juga panutan utama. Tarohlah jika orangtuanya tidak mau tahu apakah anak itu kebanyakan bermain atau keluyuran, tentu saja anak-anak juga akan kehilangan motivasi utamanya yaitu orang tua. Apalagi pola pemikiran orang tua yang salah kaprah seperti diatas. Karena itu dalam pendidikan seorang anak kesadaran orang tua sangatlah penting, karena pembentukan mental dan karakter yang sangat fundamental tergantung pada orang tua.