Archive for January 8th, 2011

January 8, 2011

Tentang Negeriku

Sebuah negeri yang sangat elok

Pecahan surga, yang membuat semua mahluk betah dan nyaman

Hanya satu mahluk yang menjadi kunci, manusia

Lantas kenapa aroma surga seolah hilang

 

 

kawan, adam melakukan kesalahan besar ketika dia berada di surga

maka kenikmatan itu adalah potensi untuk lalai, dan lalai adalah sifat manusia

Tuhan maha pengampun,…

namun apakah lalai itu harus diteruskan?

apakah peringatan dan ancaman tidak cukup?

sungguh aku takut ketika iblis berkata “Tuhanmu maha pengampun kok,santai saja”

 

 

apalagi ketika yang benar dan yang salah sudah nyata,

apakah masih diteruskan kekonyolan ini

ketika pagar malah merusak tanaman,

ketika uang dan jabatan dijadikan tuhan,

ketika norma dan hukum hanya suatu kata yang tidak mempunyai arti

 

 

ketika semua tidak dapat dirubah oleh manusia

maka Tuhan berhak merubah, tentu dengan caraNya

dan tahukah, bahwa Tuhan itu Maha Besar

caraNya pun tentu saja sangat dahsyat

 

 

aku sungguh takut pada keadaan ini

keadaan yang hanya bisa kulihat, tanpa bisa merubahnya

entah…

aku hanya minta ampun, padaMu ya Rabb

== QS 4/131-135 ==

Tags: , ,
January 8, 2011

Foto Liburan Di rumah

 

January 8, 2011

Sederhananya Pemikiran dan Salah Kaprah

Sholatuloh, shalatmulloh…ngala toha rosulillah

kira-kira begitulah suara pujian sesudah Adzan di masjid, pada waktu saya liburan di rumah teman saya. Pati, Jawa Tengah

Bolehlah kalo lidah jawanya memang sangat kental, jadi bahasa apapun jadi medok. tapi kalo “salamulloh” diganti “shalatmulloh”…ya ndak karu-karuan itu namanya

Apa ndak ada yang memberi tahu, atau jangan-jangan memang ya hal tersebut adalah suatu yang dianggap wajar. Saya kira banyak yang mengerti agama. KH Sahal Mahfudz, juga berasal dari Pati.

Menurut saya pemikiran orang di desa atau kampung biasanya sangat sederhana. Apalagi orang-orang generasi yang cukup tua. Secara praktis mereka kurang tertarik untuk mengikuti perubahan yang ada apakah itu tekonologi,politik, ataupun sistem yang baru. Meskipun ada juga yang suka membahas politik, namun hal tersebut tidak untuk tujuan tertentu hanya sebatas bertukar pikiran dan perspektif.

Adat dan budaya nenek moyang juga sangat mempengaruhi pola pikir orang pedesaan. Mereka sangat menjaga tradisi dan bahkan ada yang beranggapan pembaharuan itu menyalahi norma jika bertentangan dengan tradisi. Karena kerasnya masyarakat pedesaan khususnya di jawa menerima suatu hal yang baru, maka ketika wali songo menyebarkan Islam di jawa mereka menggunakan cara-cara yang dibungkus dengan kebiasaan atau tradisi mereka sebelumnya. Tujuannya tentu saja bukan membuat suatu corak baru dalam Islam, namun lebih kepada dakwah yang efektif. Sunan Kalijogo misalnya menyisipkan nilai-nilai Islam melalui gamelan dan wayang. Sarung, juga merupakan akulturasi budaya hindu yang dimasukkan Islam.

Salah Kaprahnya, terkadang orang tua memandang bahwa esensi budaya itu lebih prestigius ketimbang esensi agama itu sendiri. Lihat saja ketika aktivitas keagamaan, seolah-olah memakai sarung dan kopyah adalah sunnah muakkad tanpa tahu mengapa mereka diajarkan memakai sarung ketika ke masjid oleh orang tua dan syariatnya. Lebih jauh lagi asal usul sarung tersebut, pasti sangat sedikit yang mau tahu. Jadi ketika ada Imam masjid yang sudah moderat dan suatu saat pada waktu menuju masjid untuk jadi imam dia menggunakan celana jeans, maka pasti akan banyak yang memincingkan mata takut si Imam sedang kesambet(kerasukan hal aneh). Padahal esensi sarung dan jeans sama untuk menutup aurat. Sama saja senyampang jeansnya syar’i, rapi , sopan.

Begitu juga dengan budaya tahlilan orang meninggal, 40 hari, 100 hari, 1000 hari. Menurut budaya pedesaan itu adalah sunah sangat muakkad mendekati wajib. Loh?? saya jadi bertanya pada para kyai yang tahu betul sejarah,syariat dan esensinya, apakah mereka pernah sharing tentang esensi hal-hal tersebut diatas dan mengubah paradigma masyarakat. Saya rasa kurang komprehensifnya pendidikan agama itu sangat urgent dan vital. Takutnya ya itu tadi, esensi budaya akan berada diatas esensi agama. Padahal bagi umat Islam, Ajaran agama Islam adalah Way of Life. Syariat Islam adalah landasan utama. Maka tentu saja, seseorang harus bisa membedakan mana yang syariat dan mana yang budaya. Mana budaya yang mubah(boleh) dalam syariat, dan mana yang haram(tidak boleh). Kenapa harus begitu? ya tentu saja karena ingin selamat khan. Dan selamat itu juga gak asal-asalan, gak ngawur. Sama seperti menyeberang jalan. Harus hati-hati, lihat lampu lalu lintas, dan tahu kapan jalan dan kapan berhenti.