Archive for June, 2010

June 22, 2010

Aku Hampir Gila

Aku hampir gila, ketika melihat Ibu menggendong anaknya ditengah terik matahari dengan pakaian compang-camping sementara orang lain berada dalam mobil mewah…

Aku hampir gila, setiap melewati perempatan itu ibu beserta anak balitanya tidur diantara kendaraan yang lalu lalang
Aku hampir gila, ketika semua sekelilingku hanya mengejar dunia… dan mau tidak mau aku mengikuti arus itu tanpa 
bisa merubahnya…
Aku hanya bisa memohon ampun atas ketidakmampuan itu padaMU ya Rabb…
Aku tahu Istighfar ku tidak akan cukup untuk ampunanMu, Ibadahku tidak cukup untuk surgaMu
Aku hanya tahu Engkau Maha Pengampun, 
Aku hanya tahu Engkau Penuh dengan Rahman dan Rahim…
Jika Engkau menghendaki hambaMu untuk merubah, maka berilah kekuatan pada hambaMu itu, karena aku tahu tidak ada daya dan upaya selain ijinMu…
Engkau tahu aku tidak sekuat mereka yang berjihad dengan berperang…
Engkau tahu aku tidak sepandai orang-orang yang dapat menguasai dan merubah segala hal dengan cepat…
Engkau tahu aku tidak sesabar mereka yang ber azzam dan menunda kesenangan dengan segala wara’ dan hujjahnya…
Aku hanya bisa mengharap kekuatan dariMu…
Meski sebagai manusia aku butuh sandaran yang dapat kurasakan dengan inderaku layaknya orang yang sudah menyempurnakan separuh Dhien nya…
Namun aku hanya menyandarkan semuanya padaMu, karena itu semua atas kuasaMu
Aku hanya bisa memasrahkan semuanya pada kebesaranMu…
Allahu Akbar…Allahu Akbar…Allahu Akbar…
aws- 23/06/10- ba’da subuh-

 

June 19, 2010

Seribu harapan dalam satu helaan nafas

Pernahkah kita berfikir bahwa manusia itu memiliki keinginan yang sangat banyak?? bahkan keinginan itu terkadang tidak terukur, terlalu banyak dan berlebihan…

tahukah bahwa keinginan kita yang terlalu banyak itu akan membelenggu kita sendiri, hingga kita lupa hakikat “untuk apa kita hidup” yang sebenarnya…

lantas jika kita hanya diberikan kesempatan meminta sebatas helaan nafas kita, apa yang akan kita minta?? apakah kita akan menyebutkan ribuan keinginan kita yang pasti tidak akan cukup dalam satu helaan nafas…??

lantas apa keinginan yang dapat merangkum semua keinginan kita??

– just another thought crossed my mind-

June 15, 2010

Tidak (blom) bisa mikir

Bandung akhir-akhir ini sangat dingin. Walaupun ini seharusnya sudah masuk musim kemarau, namun entah kenapa sekarang patokan musim itu seperti tidak relevan lagi. Masih sering hujan.

Karena dingin,rutinitas “malam” pun relatif agak sedikit saya kurangi. takut mengganggu kesehatan (hoho). Padahal planning dan deadline dalam minggu ini banyak sekali di kepala saya…

Entahlah…karena kadang jika dipaksakan untuk berfikir pun tetep saja mampet. Mungkin istilahnya tidak punya energi lebih

ditanya “ayo gung, kapan saputro enterprise berdiri” ??

” heh??…oohh, abis aku nikah pokoknya mas. gak bisa mikir aku kalo blom nikah” jawabku sekenanya :D…..

(kok bisa jawab gitu?? tanya kenapa??….hehehe)

===================================== FIN

— Huahh, semoga pagi ini cerah”—

June 3, 2010

Tentang kelakuan israel kali ini

Saya tidak perlu berkoar koar menghujat bahwa mereka (israel.red) itu kurang ajar, tidak beradab, keji’ dan lain-lain (lha itu apa??)

yang jelas tindakan mereka salah.

saya hanya ingin bergumam ketika ada wawancara di radio dengan Bpk. Hidayat Nurwahid yang beliau menyatakan bahwa kelakuan israel kali ini mulai membuat liga arab bersatu dan bahkan Mesir dan Turki sudah membahas panjang lebar untuk membawa masalah ini untuk diselesaikan dengan seadil-adilnya.(kalo Turki mungkin : segeram-geramnya) 

anyway…mungkin ini bisa menjadi tolak-balik

dimana amerika sudah kehilangan taring…sedang krisis….tentu saja israel juga ikut lemah.

lalu?? 

mungkin israel semakin terdesak dengan ulahnya sendiri yang sudah keterlaluan. mungkin sebentar lagi keadaan di gaza dan timur tengah juga akan berbalik

———————–

ketika waktunya, maka kebenaran itu akan menemui kemenangan dan keadilan akan terjadi’.

wallahu a’lam

———————————————-

June 2, 2010

jurusan Trenggalek-Kediri-Malang [one week vacation-part 2]

Turun dari kereta pagi hari lumayan seger, di Stasiun Tulungagung. Sambil nunggu Babe yang mau jemput saya duduk-duduk di depan stasuin. Beberapa saat kemudian mobil yang sudah familiar berhenti dan aku langsung mengungkit gagang pintu. “tak kirain agak siang” kata babe, lalu mobil meluncur ke arah barat kota Tulungagung.

Sesampainya di rumah, Ibu bilang “itu lho, babemu nyembelih menthok (enthok/itik.red), katanya emang buat kamu”. Saya cuman melirik ogah-ogahan sambil bergumam “halahh, paling juga nanti yang ngabisin paling banyak tetep Babe”. Lalu saya bergegas mengeluarkan jajan “pisgornak” yang babe katanya pengen dibeliin lagi karena kesengsem dulu pas wisudaan beli di gasibu. Sebenernya itu makanan buat dimakan hangat, tapi karena katanya ibuk kmaren sewaktu sampe dirumah besoknya masih enak, yasudah saya beliin.

Begitu dirumah, saya langsung jadi orang yang gembul. Bagaimana tidak, masakan Ibuk selalu paling enak dan melimpah ruah.Lalu ditambah lagi jika saya “dolan” ke rumah bulek dan embah di seberang RT, saya pasti makan lagi. Trus ibuk ternyata malah sudah buat “peyek” yang memang dulu saya pernah minta dikirim, yang gak sempet terkirim. Sebenernya peyek biasanya untuk tambahan lauk, tapi ini peyek istimewa, sekali mengunyah pasti akan ambil lagi dan lagi (dan teman-teman di bandung pun bilang gitu waktu saya bawain) karena itu peyek buatan ibu ini lebih enak  sebagai “camilan”(mungkin ntar bisa diekspor, hehe). Dan akhirnya hanya 2 hari dirumah saya sudah gemuk(lagi) 😀

Besoknya,waktu saya buka facebook saya jadi ingat ternyata saya sudah janji dengan teman saya untuk main ke Malang. Setelah sms an akhirnya kami menentukan untuk berangkat sabtu pagi dari kediri. Sabtu pagi saya naik bus dari Trenggalek ke Kediri, lalu kami berangkat ke Malang dengan sepeda motor. Kami 4 orang dengan 2 sepeda motor.Aku, Luhur, Aripin, dan Jawa. Perjalanan sekitar 3 jam akhirnya mengantarkan kami ke sebuah kontrakan teman kami Fida,yang kuliah di Universitas Brawijaya, Malang. Namun ternyata Fida masih di kantor dan akhirnya kami menentukan untuk cari ” makan siang” dulu. Saya mengusulkan bagaimana kalo di dalam kampus UB saja yang suasananya gak mbosenin kalo sambil nunggu Fida, dan kita pun berangkat. Ketika kami sampai di kampus ternyata sudah dhuhur, lalu kita bergegas memarkir motor di sebelah masjid Raden Patah (betul yaa??) dan mengambil wudhu untuk sholat. Setelah sholat kami menselonjorkan diri di emperan masjid, lalu tiba-tiba ada bapak-bapak menawarkan kami untuk makan bersama dengan halaqoh di belakang kami yang sedang menutup acara kajian dengan makan-makan. ” wahh, rejeki emang gak kemana. Bener deh aku ngajak kesini” gumamku. Akhirnya dengan setengah malu-malu kami (kecuali aku,hehe) bergegas menghadap “lemper” atau nampan tempat nasi yang digelar untuk dimakan bareng. Di nampan itu sudah ada nasi, ikan, dan sayur. Satu nampan ya untuk 4 atau 5 orang, dan kami menghadap 1 nampan dengan disamping bapak tadi. Ahaha…Saya agak kikuk waktu makan, karena gak terbiasa makan dengan “muluk” atau dengan tangan kosong. Apalagi nasinya disiram kuah encer sehingga menjadi “kepyar”, sehingga dengan tangan kosong mengepal nasi dari nampan menuju mulut saya…praktis berceceran’. biarin” hihihi

Pada waktu makan kami dan Bapak yang sangat ramah tadi berbincang-bincang dengan akrab mulai dari topik kuliah, pekerjaan, dan pandangan serta pengamalan Agama Islam dalam kehidupan sehari hari. Setelah nasi di nampan habis perbincangan yang asyik itu tetep dilanjutkan sampe bapak itu pamit. Satu hal yang dapat saya ambil dari halaqoh tersebut yaitu orang-orangnya sangat terbuka dan asyik untuk diajak berdiskusi.

Dengan uang yang masih untuh karena dapat makan siang gratis, kami kembali ke rumah kontrakan Fida, yang ternyata fida sudah menunggu. Kami beramah tamah sambil nonton televisi dan bergurau kesana kemari. Aripin sibuk menghubungi temen-temen yang akan berencana mengajak ke acara “ Malang Tempo Dulu” yang merupakan festival budaya tahunan di kota Malang yang katanya sangat menarik. Kami sepakat untuk berangkat bareng sehabis magrib…

Sehabis magrib kami bergegas ke UB karena janjian untuk berkumpul disana. Ternyata di sebelah Malang Town Square sudah ada Toesa, dan Wahyu. Setelah menunggu sebentar Fida menjemput Faris, kami berangkat ke Jalan Ijen yang merupakan tempat diselenggarakannya Festival itu. sampai juga akhirnya di seberang jalan ijen…dan Mau tau apa yang terjadi??? SESAK’. Bener-bener macet dengan lautan manusia yang tidak terkendali dan saling berdesak-desakan. bener2 ramai. Namun akhirnya ketika sampai ditengah-tengah kami agak bisa bernafas dan bisa lihat nuansa etnik yang ditawarkan oleh sepanjang jalan yang kami lewati. Ada pertunjukan kesenian, jajanan khan tempo dulu, dan juga dresscode para pengunjung yang memang bersiap untuk festival tersebut, semuanya bernuansa etnik dan unik. Bahkan ada juga yang gak berhubungan sama sekali dengan tempo dulu…misalnya seseorang yang ngawur pake seragam anak SD’ (hahaha…mungkin maksudnya “ini aku “Tempo Dulu” waktu masih ingusan”) 😀

— sayang foto-fotonya gak ada di saya—

@ Luhur dan Wahyu :, fotonya mana hoi?? 😀

——————————————————————————- 0 ————————–

Besoknya setelah mengantar Jawair yang Ingin pulang duluan bareng Toesa, kami mampir dulu ke warung pecel madiun untuk sarapan dengan Jawa dan Toesa juga ikut. Disitu kami bertemu dengan teman kami waktu SMA yang bernama Fajar. Fajar dulu pernah sekosan dengan saya pada waktu SMA beberapa bulan. Rupanya dia sudah lulus dari Unair, dan sekarang sudah kerja di PT Sampoerna. Dia bersama pacarnya. Setelah beberapa saat berbincang Fajar dan pacarnya pamit duluan.

Setelah itu Saya, Fida dan Luhur kembali ke kontrakan fida. Sore harinya Saya , Aripin, Luhur dan Fida mengitari malang mencari kuliner yang tepat untuk hari itu (maksudnyaa apa?) 😀 . Lalu kami berhenti di depan stasuin Malang dan masuk di warung pujasera yang berlabel ” Warna Warni”. Kami memesan makanan disitu, dan alangkah gembiranya saya ketika dalam list menu itu terdapat mie hijau yang sudah sejak lama saya pengin merasakan. Akhirnya saya pesan menu tersebut dan minuman..

 

 

mie ijo

mie ijo

 

katanya Fida mie hijau itu terbuat dari bayam. (Masak seh???) 

Rasanya?? lumayan….tidak terlalu amis seperti mie ayam sebangsanya.

 

 

 

 

 

 

 

 

lalu kami menuju dekat Dieng plaza untuk karaoke-an di Nav.(karaokean?? apa se itu) Fida yang ngajak. Saya se ogah-ogahan sebenernya…haha. Dan saya beruntung karena antriannya penuh. Akhirnya kita menuju Dieng Plaza. Muter-muter dan akhirnya berhenti pada game zone. Kami bergantian memainkan senam kaki dengan lagu(apa itu namanya??dancefloor??). Bisa diduga…saya paling payah dalam menyingkronkan sensor mata dengan impuls ke kaki. 😀 . Kami berhedon ria seolah masih SMA dan umur layaknya hura-hura (kalo saya dan Luhur se masih pantes, haha)

 

 

dance

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

setelah puas juga dalam permainan lain….huahh…akhirnya…pulang ke kontrakan dengan capek’….  🙂

Tags: ,