Archive for March, 2010

March 14, 2010

Galeri Soemardja

Katanya se ITB itu sempit. Tapi toh ternyata, selama 4 tahun lebih di ITB saya juga blum menjajaki seluruhnya. Kalau dibilang kuper se sebenernya enggak juga, saya sering juga nginep di kampus atau jalan-jalan ke jurusan lain (kecuali TL, biologi, farmasi dan lain2 yang banyak wanitanya…,huehehe, you know lah why like that). Mungkin takut dipandangin oleh cewek2 kali yah 😀

Tapi, ketika mengingat lagi, bisa juga saya dikatakan kuper di ITB. Kesimpulan ini didukung oleh beberapa hal :

Yang pertama adalah kantin. Di dalam kampus , banyak kantin yang tersebar di beberapa spot kampus. Dari sekian banyak kantin itu, hanya dua kantin yang pernah saya rasakan makanannya. Itupun seingat saya masing-masing Cuma satu kali beli makan di kedua kantin tersebut. Artinya ya saya HAMPIR tidak pernah makan di dalam kampus. Bahkan ada kantin yang letaknya tidak lebih dari 10 meter dari laboratorium saya, belum pernah saya jajan disitu. Bayangkan men, 10 meter gitu’ tiap hari saya lewat situ dan ternyata saya tidak tergoda sama sekali untuk mencoba. Memang saya lebih suka makan di kantin di luar pagar kampus, selain lebih murah pilihanya juga lebih banyak. Kalau masalah higienisnya mungkin tahu sendiri lahh, mahasiswa itu kadang sudah kebal terhadap sesuatu yang tidak higienis. Hehe

Yang kedua, ini yang akan diceritakan  agak panjang.

Ceritanya sehabis sholat jumat kemarin saya jalan bareng temen saya dari mesjid salman yang berada di depan kampus melewati parkiran SR(karena deket jurusan seni rupa). Setelah melewati parkiran, temen saya terpikir untuk melewati lorong jurusan Seni Rupa yang ternyata disitu ada galeri. What?? Galeri?? Pikir saya dalam hati. Seumur- umur di ITB saya baru tahu kalau disitu ada galeri seni yang cukup bagus. Ya, pada tiap dinding galeri itu tergantung lukisan-lukisan yang kebanyakan adalah lukisan tempo dulu dan bernuansa etnik.

Disebelah pintu masuknya terdapat patung batu entah patung siapa, tapi yang jelas kayaknya bukan batu malin kundang apalagi patungnya Gus Dur’ :D. Kalo lukisannya Gus Dur se sudah agak lama setelah wafatnya kemarin sudah diabadikan oleh para seniman di Galeri Seni Jl.taman sari, sebelahnya ITB. Dari pintu masuk tersebut saya melihat di ke arah kiri ternyata nama galeri itu adalah galeri Soemardja. “ato mungkin patung ini yang bernama Pak Sumardja”, pikir saya. Ahh, gak usah dipikir lah.

Ada beberapa lukisan yang menarik perhatian saya waktu di galeri itu. Yang pertama adalah lukisan yang menggambarkan jaman prasejarah dan kalau tidak salah itu diberi keteragan danau bandung pada masa purba. Pada lukisan tersebut juga terdapat hewan-hewan melata jaman prasejarah dan juga monyet-monyet. Nahh, saya jadi berfikir setahu saya jaman reptil dan monyet itu khan tidak satu waktu?? Tapi apapun itu imanjinasinya patut untuk dihargai

Yang kedua adalah lukisan peta nusantara yang entah itu dapat inspirasi dan persepsi dari mana. Yang jelas itu menggambarkan peta nusantara kuno entah pada abad keberapa. Disitu jelas terlihat pulau dengan nama Borneo (kalimantan) yang pada peta itu digambarkan lebih mirip seperti pot bunga. Dan pulau Jawa pada lukisan itu diberi nama “iauva”. Saya tertarik dengan lukisan ini karena dilihat sepintas nampak seperti peta kerajaan-kerajaan khayalan yang ada pada novel “Lord of The Ring”.heheh’.

Tapi yang paling menarik dari semua itu adalah lukisan peta plan kota batavia(jakarta). Entah itu hanya karangan saja ataukah memang dilukis dari  aslinya. Namun setidaknya disitu dapat digambarkan bahwa pada masa Belanda dahulu ketika mereka menjajah kita, tidak hanya melulu mengeksplotasi sumber daya alam saja, namun juga dipersiapkan juga suatu rencana pembangunan proaktif untuk masa depan. Tentu dari kita sudah banyak tahu, bahwa jembatan-jembatan atau terowongan2 di Indonesia yang kualitasnya bagus (kokoh) dan tahan lama sampai sekarang adalah peninggalan para penjajah. Lalu ketika kita mencoba membuat aspal saja, satu tahun kemudian sudah bolong-bolong. Salah siapa?? Apanya yang salah?? Kalau dijajah lagi gimana?? Ya salahkan saja generasi muda yang hanya pacaran dan hura-hura terus. Juga salahkan itu orang-orang yang terjajah oleh mode, mobil dan lain-lain. Mobil nambah terus tapi jalan tetep segitu saja. Semoga saja 5 tahun ke depan jalannya masih bisa dilewati dengan kecepatan >5 km/jam. (ato mungkin 5 tahun lagi malah cepetan jalan kaki ketimbang naik mobil 😛 )

March 8, 2010

Dua sisi kampus BHMN

Pada waktu saya berlibur ke Malang kemarin, obyek yang pertama pengen saya kunjungi adalah Universitas Brawijaya. Para mahasiswa yang ada di Malang biasa menyebutnya “UB”. Seingat saya se dulu sewaktu sepupu saya masih kuliah nyebutnya bukan UB tapi “UNBRA”. Pada waktu SMA saya juga masih dengernya unbra. Mungkin karena “unbra” dianggap ntar pikirannya macem-macem, jadi sekarang difamiliarkan penyebutan kampus “UB”. hehe

Karena baru pertama kali masuk ke wilayah kampus UB, saya merasa wahh. Kenapa?? Karena universitas ini ternyata gedung-gedungnya sangat megah dan tinggi. Kalau di kampus saya ITB rata-rata lantainya hanya sampai 4, di UB banyak gedung-gedung baru yang bertingkat 7. Menurut teman saya, semenjak UB menjadi BHMN (juga beberapa universitas lain seperti UGM, UI, ITB) banyak terjadi pembangunan gedung-gedung baru. Tiap fakultas seperti saling berlomba untuk membuat gedung pencakar langit yang megah di kampus terbaik di kota Apel tersebut. Sewaktu saya jalan-jalan di kampus itu saya juga mendapati truk-truk yang membawa material untuk pembangunan gedung baru.

Namun, ketika saya berbicang-bincang lebih jauh lagi akhirnya terkuak juga bagaimana dana untuk pembangunan-pembangunan tersebut terhimpun. Salah satu kebijaksanaan kampus menerima mahasiswa baru melalui jalur khusus (selain dari tes SMPTN) merupakan salah satu sumber dana, dimana para mahasiswa yang masuk melalui jalur khusus biasanya sumbangan uang gedung atau sumbangan awal masuk universitas lebih mahal daripada jalur umum. Mulai tahun 2007, menurut temen saya, UB juga menaikkan spp mahasiswa secara drastis. Banyak mahasiswa yang mengeluh akan hal tersebut namun toh mereka tidak bisa berbuat apa-apa tentang kebijakan kampus. Mungkin kalo demo kepada DPR mahasiswa masih berani dengan berkobar-kobar dan “agak” berbau anarkis, karena DPR tidak bisa men”Drop Out” mereka. Tapi kalo urusan sama rektorat ?? hehe…nanti dulu, bisa madesu (masa depan suram)

Polemik lain yang terjadi adalah apabila mahasiswa dari jalur khusus tersebut kompetensinya tidak memuaskan, dan dapat masuk hanya karena “bisa bayar”. Teman saya yang di UB sendiri mengaku, kalau perbedaan tingkat intelegensia mereka sangat terlihat sekali. Nahh lo’ . Untung, di kampus saya tidak seperti itu. Mungkin karena tahap seleksi jalur khususnya pun juga tidak “main-main”.

Bagi universitas- universitas yang ditunjuk sebagai BHMN memang dituntut untuk mencukupi sebagian dari anggaran belanjanya sendiri. Maka dengan status tersebut dari sisi manajemen memang bisa menjadi sesuatu yang lebih inovatif dan mempunyai potensi untuk menjadi baik. Namun ketika sebagian masyarakat (calon mahasiswa) berasal dari keluarga kurang mampu, maka jika biaya operasional pendidikan tersebut dibebankan pada mereka maka otomatis mereka akan kuwalahan. UGM misalnya, dari saya SMA sudah terkesan “mahal” sehingga banyak teman yang mundur mengikuti seleksi tes masuk. Dan sekarang malah semakin banyak yang lebih mahal dari UGM. Itupun merupakan PTN rating atas yang menjadi idaman bagi calon mahasiswa.

Memang ada program silang yang dapat diberikan untuk mensubsidi mahasiswa dari kalangan tidak mampu. ITB misalnya, memberikan beasiswa ITB untuk semua untuk mahasiswa dari kalangan tidak mampu. Beasiswa tersebut mencakup biaya kuliah dan biaya hidup bulanan selama kuliah di ITB. Menurut informasi tahun lalu kouta untuk beasiswa ini mencapai 100 mahasiswa.

Pertanyaannya apakah semua anak berpotensi dari kalangan tidak mampu dapat menikmati itu semua?? Saya rasa kok masih jauh dari harapan tersebut. Saya jadi teringat negara Jerman atau negara skandinavia yang membebaskan biaya pendidikan sampai pada perguruan tinggi. Kita kapan yah bisa seperti itu?? (harapan boleh donk)