Btw….selamat bagi para menteri yang telah sah dilantik.
Beberapa kalangan masyarakat dan tokoh menilai bahwa kabinet yang dibentuk SBY kurang bagus. Seperti beberapa tulisan di surat kabar, forum, bahkan televisi ramai-ramai membicarakan kapasitas dan kelayakan para menteri yang sudah dilantik dalam kabinet Indonesia Bersatu II itu.
Saya se sebenernya juga agak kurang yakin juga dengan kinerja para menteri yang menempati pos-pos nya. Alasannya banyak, salah satunya adalah kualifikasi dan track record yang tidak cocok dengan jabatannya. Salah satu soal yang belum saya temukan jawabannya adalah mengapa para menteri yang terpilih kembali itu tidak menempati pos yang sama ketika menjabat sebelumnya. Hal ini menurut saya akan mengurangi efektifitas dimana seseorang harus beradaptasi menempati dan memegang sesuatu yang baru.
Disamping itu, apakah agenda-agenda yang baik pada sebelumnya juga akan terjaga kesinambungannya oleh menteri yang baru, itu juga menjadi persoalan. Masalahnya biasanya orang Indonesia itu suka menunjukkan eksistensi dalam jabatan, sehingga sedikit banyak perubahan yang tidak berguna seringkali terjadi. Misalkan dulu Sekolah Menengah Atas (SMA), tahun 2001 diganti Sekolah Menengah Umum (SMU), dan tahun 2006 dirubah lagi (SMA)….coba’. Ini apa esensinya?? {{ katanya se dulu karena menteri pendidikannya ganti))
ketidakyakinan pada Kabinet kali ini juga bertitik pada kualifikasi dan background pendidikan atau karir profesionalnya. Misalnya Hatta Rajasa, alumni ITB jurusan perminyakan ini ditunjuk sebagai menko perekonomian. Lalu Tifatul sembiring, yang hanya ber-Background sarjana TI yang , menempati pos menkominfo. Ada juga Menristek, bahkan Menteri Agama yang pengamat politik Permadi mengatakan bahwa bener-bener tidak layak.
Lantas , muncul berbagai opini bahwa pembentukan kabinet itu hanya bagi-bagi kursi, dan demi menjaga koalisi dan kesetabilan. Apakah betul seperti itu tentu saja hanya bapak presiden yang tau….
Dan saya lebih senang menunggu dan melihat saja, bagaimana nanti progress yang terjadi selama 100 hari yang akan dievaluasi itu.
silahkan menanti…..:D
Like this:
Like Loading...
Related
Posted on October 23, 2009 at 4:58 pm in buku harianku | RSS feed
|
Reply |
Trackback URL
Menunggu 100 hari pak menteri
Saya se sebenernya juga agak kurang yakin juga dengan kinerja para menteri yang menempati pos-pos nya. Alasannya banyak, salah satunya adalah kualifikasi dan track record yang tidak cocok dengan jabatannya. Salah satu soal yang belum saya temukan jawabannya adalah mengapa para menteri yang terpilih kembali itu tidak menempati pos yang sama ketika menjabat sebelumnya. Hal ini menurut saya akan mengurangi efektifitas dimana seseorang harus beradaptasi menempati dan memegang sesuatu yang baru.
Disamping itu, apakah agenda-agenda yang baik pada sebelumnya juga akan terjaga kesinambungannya oleh menteri yang baru, itu juga menjadi persoalan. Masalahnya biasanya orang Indonesia itu suka menunjukkan eksistensi dalam jabatan, sehingga sedikit banyak perubahan yang tidak berguna seringkali terjadi. Misalkan dulu Sekolah Menengah Atas (SMA), tahun 2001 diganti Sekolah Menengah Umum (SMU), dan tahun 2006 dirubah lagi (SMA)….coba’. Ini apa esensinya?? {{ katanya se dulu karena menteri pendidikannya ganti))
ketidakyakinan pada Kabinet kali ini juga bertitik pada kualifikasi dan background pendidikan atau karir profesionalnya. Misalnya Hatta Rajasa, alumni ITB jurusan perminyakan ini ditunjuk sebagai menko perekonomian. Lalu Tifatul sembiring, yang hanya ber-Background sarjana TI yang , menempati pos menkominfo. Ada juga Menristek, bahkan Menteri Agama yang pengamat politik Permadi mengatakan bahwa bener-bener tidak layak. Lantas , muncul berbagai opini bahwa pembentukan kabinet itu hanya bagi-bagi kursi, dan demi menjaga koalisi dan kesetabilan. Apakah betul seperti itu tentu saja hanya bapak presiden yang tau…. Dan saya lebih senang menunggu dan melihat saja, bagaimana nanti progress yang terjadi selama 100 hari yang akan dievaluasi itu. silahkan menanti…..:D
Share this:
Like this:
Related
Posted on October 23, 2009 at 4:58 pm in buku harianku | RSS feed | Reply | Trackback URL
2 Comments to “Menunggu 100 hari pak menteri”
October 31, 2009 at 2:26 pm
Misalkan dulu Sekolah Menengah Atas (SMA), tahun 2001 diganti Sekolah Menengah Umum (SMU), dan tahun 2006 dirubah lagi (SMA)…
LOH, jadi sekarang SMA?????
gawat… ketinggalan kereta
EM
October 31, 2009 at 3:55 pm
iyap, sekarang SMA lagi