Antara demokrasi dan Kebenaran

Pas ngedengerin radio di hp sambil makan di warung, rasanya ada yang bikin tertarik juga. Intinya adalah topik tentang demokrasi di mata Islam. Sebenernya demokrasi itu sendiri adalah tidak pernah ada dalam kamus Islam, sehingga orang arab pun menyebut demokrasi dengan “dzamukrotain”(kalau tidak salah tulis) sesuai dengan adopsi dari bahasa aslinya. Demokrasi merupakan paham yang berkembang di negara yang menganut kebebasan.

Sebenarnya paham demokrasi merupakan paham yang “netral” yang mengakomodasi sisi sisi obyektif dari suatu permasalahan atau suatu otoritas. Namun apakah demokrasi itu selalu “baik dan benar” itulah permasalahannya. Its ok dan tidak masalah apabila demokrasi tersebut memberikan suatu objektivitas kolektif yang mengarah pada baik dan benar yang menuju pada kemaslahatan umat manusia. Namun jika demokrasi tidak mengarah kepada kemaslahatan manusia, apakah bisa tetap harus dipakai sebagai panduan dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara??, kita tahu bahwa sesuatu yang baik, belum tentu benar. Misalnya berdamai itu baik, namun jika kita berdamai dengan suatu kelompok yang jelas-jelas punya akhlak buruk misalkan damainya polisi dengan bandar judi atau penjual miras apakah itu benar?? Jadi inget kemaren ada temen yang berpandangan “lebih baik jadi pengecut daripada banyak musuh”…saya langsung saja berkomentar bahwa “kita tidak akan selamat jika berpandangan seperti itu”. Jika kita berusaha menjadi netralis memang seolah-olah kita berada pada daerah abu-abu yang berdamai dan membenarkan semua pihak. Lalu apakah ada kebenaran itu bisa disatukan dengan kejahatan?? (wahh jadi kaya satria baja hitam ini :D). Apakah kita menjual suatu kebenaran dan ideologi atau prinsip ketuhanan dengan suatu kedamaian??

Jadi kita mau cari musuh donk??

Kita ingin menghancurkan kelompok yang berbeda dengan kita?? . Tidak .

Memperjuangkan kebenaran tidak berarti mencari musuh atau ingin menghancurkan sesuatu yang berbeda prinsip dengan kita. Kalau kita menengok pada politik Islam maka kita akan mengetahui bagaimana Islam hidup berdampingan dengan orang kafir dan agama lain. Kelompok kafir zimmi yaitu kafir yang tidak menyerang Islam dan tidak merusak ideologi agama bisa hidup damai, namun jika kafir itu aktif memerangi dan merusak ideologi Islam dan memberikan mudharat bagi Islam itulah yang akan dicegah.

Lalu apa hubungannya dengan demokrasi?? torehlah jika suatu komunitas akan mengambil keputusan terbaik dengan jalan demokrasi, anda melakukan jajak pendapat , voting atau apalah namanya dan akan diambil keputusan dengan suara terbanyak. Praktisnya memang seperti itu, namun siapa yang akan disalahkan apabila ternyata yang dipilih terbanyak adalah suatu yang tidak benar. Misalkan anda melakukan voting apakah judi diberangus atau tidak dilingkungan orang yang suka judi ,maka anda akan mendapatkan jawaban tidak.

Jadi demokrasi yang dibenarkan menurut Islam tidaklah mengakomodasi semua aspirasi objektif. Demokrasi harus bertolok ukur pada Ideologi Islam dan berdasarkan syariah. Lalu sesuatu yang diperbolehkan untuk “berdemokrasi” pun haruslah sesuatu yang mubah atau belum ditentukan secara jelas dalam hukum Islam atau merupakan turunan beberapa tingkat dari hukum Islam sehingga memerlukan hukum turunan. Lebih jauh lagi, ketika masalah tersebut masih bisa ditelaah oleh para Ulama yang “terpercaya” dan amanah, maka musyawarah merupakan pintu pertama terlebih dahulu yang dibuka untuk menyelesaikan suatu masalah tersebut, baru setelah masalah tersebut merupakan masalah yang “sangat mubah dan merupakan turunan berkali-kali …” (apa maksudnya ya??) maksudnya tidak ada jalan lain lagi, maka proses dengan demokrasi dibuka(Ijtihaad ).

Jadi dalam hal ini suatu kebenaran tidak akan bisa diubah dengan demokrasi. Suatu yang haram tidak bisa tercampur dengan yang halal, atau tidak ada zona abu-abu dimana seluruh aspek dan ideologi dicampur menjadi ideologi yang baru dengan dalih demokrasi.

Trus kalo ada yang berkata “terserahlah kamu mo ngelakuin apa, kita kan berdemokrasi”…pada temennya yang “SETEP(1/2 gila), goblok , atau naudzubillah Akhlaqnya”…tentulah orang itu tidak tau artinya demokrasi.

Jadi inget Adegan ludruk ITB yang diperankan oleh Sujiwo Tejo dengan monolognya“Manusia Itu Goblok, Mana ada kebenaran itu kolektif?? Kebenaran itu adalah Satu (dari Tuhan.Red)”.

Jadi intinya bahwa demokrasi itu haruslah demokrasi yang dilandasi dengan pemahaman dan Akhlaq yang baik. ( Akhlaq duluan). Demokrasi haruslah dalam kedewasaan tidak berdasarkan egoisme dan kepentingan pribadi, dan bukan demokrasi untuk memperdebatkan suatu yang sudah jelas baik dan buruknya.

Lantas sudah sedewasa dan semengerti apakah Indonesia dalam kehidupan berdemokrasi?? (tentu anda bisa menilainya sendiri) dan penailaian anda akan menujukkan juga pemahaman dan pendangan anda.

Tags: ,

One Comment to “Antara demokrasi dan Kebenaran”

  1. Asslmkm..
    wah dalam banget bahasannya…
    memang dalam ISlam g dikenal demokrasi….Urusan musyawarah diserahin ma orang terpercaya, yaitu para ulama..mereka lah yang memutuskan berbagai masalah2…

    walaikum salam
    dalem apanya?? bagaimana ngukurnya?? (saya cuma punya penggaris 30 cm soalnya) 😀
    thks 4 comment’
    keep write too

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: