Wow,!!
begitu mungkin rasanya ketika dalam auditorium sabuga itu pertama kali saya menyaksikan pementasan se spektakuler ini. Maen Gedhe Ludruk ITB, merupakan suatu unit kesenian di ITB yang tiap tahun mengadakan pementasan. Dan kali ini memang acaranya lebih “mahal” dan lebih nyaman dibanding pementasan di aula barat atau aula timur yang sebenernya kurang pas untuk panggung. Dan ketika jam menunjukkan sekitar jam 19 lebih, 2/3 ruangan berkapasitas sekitar 3 ribu orang tersebut terisi oleh penonton
Dibuka dengan acara pembukaan dari “Dharma Wanita” (cowok yang berpenampilan cewek) nya, maka penonton sudah mulai terpingkal-pingkal. Setelah itu salah seorang dharma wanita mempersilahkan rektor memberikan pidato di depan, yang ketika rektor sampai panggung langsung disambut cipika cipiki dari si “Mbak jadi-jadian” tersebut yang membuat penonton riuh rentak melihat sang rektor ITB dikerjai mahasiswanya.huahaha…ternyata pada waktu sang rektor pidatopun beliau tidak bisa menahan tawanya dan dipersilahkan duduk lagi dengan tenang. Saya sendiri memilih lesehan di dekat panggung agar terlihat lebih dekat ketimbang di kursi panggung namun kurang jelas melihat para tokoh di panggung itu. Ya meskipun ada 5 layar proyektor ke semua arah panggung, namun rasanya lebih mengena aja kalo lebih dekat.
Ternyata pada pertunjukan kali ini ludruk ITB berkolaborasi dengan para “Alumni” nya yang tentu saja lebih berpengalaman dan lebih matang. Penonton yang kebanyakan anak ITB lebih terpingkal lagi mendengar “koor “ para dharma wanita yang mendendangkan lagu “pUSpa “ digubah menjadi “PusTA” atau putus TA(tugas akhir )yang bercerita mahasiswa bunuh diri karena ditinggal dosen sibuk proyek kesana kemari dan naik haji, sehingga terancam gak bisa lulus tepat waktu’.
Kemudian para” dharma wanita tersebut memperkenalkan diri sebagai perwakilan dari partai-partai. Ada partai-mina, yang perwakilannya memakai pakaian petugas POM bensin (yang artinya partainya suka kalo harga minyak naik) dengan lambang partainya SPBU dan bertuliskan angka 1000. Yang katanya artinya “Dimulai dari angka seribu ya mas” dan “Partai-Mina pasti PUAS” dengan gaya centilnya. Ada juga partai yang berlambangkan Celurit dan Bintang yang artinya “sejahterakan para petani” dan “Sholatlah Lima waktu”. Dibuka dengan hal tersebut, sudah merupakan suguhan yang menghibur.
Dilanjutkan dengan para alumni yang merupakan orang yang sudah cukup berumur( setengah baya) dengan adegan togel dan sindiran demokrasi yang dikupas dengan analogi Probabilitas judi dan pemilu.
Namun ternyata inti dari semua adegan itu adalah babak utama yang bercerita tentang orang s3 sedang sidang disertasinya dengan tema demokrasi dan diujinya tidak lain dan tidak bukan oleh tiga raja yaitu raja Arab(yang bener-bener berwajah dan berlogat arab, gimana bisa masuk ludruk ya???) yang Cuma bisa doa mau berbuka dan Mau makan ketika disuruh memimpin doa, Raja Tiongkok (bernamai “Cui Lan Tai” hehehe) dan raja eropa ( Van Basten) yang mirip Tommy Soeharto Pada tiap Slide presentasi tersebut selalu ada sub babak, yang diantaranya mennyuguhkan perdebatan antara wong cilik dan wong elit (syeh puji) dalam berpandangan politik. Namun yang paling hening ketika adegan sidang terbuka institut teknologi binatang yang dipimpin oleh rektor “Gajah” yang diperankan oleh Sujiwo Tejo( yang saya baru ngeh kalo itu dia ketika dia bicara beberapa bait, dan dikasi tau temen saya). Ada Raja Singa, Raja Monyet (hanoman dkk), yang munculnya dari sela-sela Tribun dan bikin kaget Raja, Raja Ular, dan lain lain dengan kostum yang bener-bener dipersiapkan dan nama-nama latinnya sangat aneh( yang paling aneh(yang paling aneh Raja Singa = Penyakitus siphilis). Pada sesi inilah orasi utama tentang demokrasi yang dikumandangkan lantang oleh seorang seniman jenius “Sudjiwo Tejo” yang merupakan alumni dan pendiri Loedroek ITB terasa sangat artistik dan intristik, Disitulah kelihatan banget seorang aktor dan seniman kelas atas menunjukkan “sihirnya” lewat penghayatan kata-kata dan intonasi orasi yang membuat orang merinding dan berdecak kagum. Dan disinilah pertama kalinya saya melihat pementasan langsung dari sujiwo tejo yang ternyata bener-bener jenius, budayawan Sejati, dan tentu saja “orang GILA”. BENER-BENER GILA”(gimana gak gila, misuh (mengumpat kasar dalam bahasa jawa)berkali-kali di depan rektor yang orang jawa??!!)
Ditutup dengan lawakan, dan kata-kata penutup dari Sujiwo Tejo, tontonan yang bertiketkan stiker seharga Rp.4900 ini lebih menarik dan lebih berharga daripada Bioskop manapun. “Jika melewatkan Ludruk, maka kamu melewatkan salah satu keajaiban dunia” kata Temen saya yang ber IP 4.
Sayang, saya tidak bawa kamera, hanya dari HP jelek. Mungkin lain kali saya mintakan foto2 nya ke temen saya yang anak ludruk